Minggu, 03 Mei 2009

ASPEK IBADAT, LATIHAN SPIRITUAL DAN AJARAN MORAL

Manusia dalam faham islam, sebagai halnya dalam agama monoteisme lainnya, tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempuyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual. Badan karena mempunyai hawa nafsu, bisa membawa pada kejahatan, sedang roh, karena berasal dari unsur yang suci, mengajak pada kesucian.
Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam yaitu sholat, puasa, haji, dan zakat, bertujuan membawa roh manusia senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan senantiasa dekat pada-Nya. Di antara ibadat Islam, shalatlah yang membawa manusia terdekat pada Tuhan. Didalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan. Dalam shalat seseoran memuja ke-Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, memohon supaya dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi ampun dan dibersihkan dari dosa, memohon supaya diberi jalan yang benar, dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan tidak baik.
Puasa juga merupakan pensucian roh, Didalam puasa seseorang harus menahan hawa nafsu makan, minum, dan seks. Disamping itu ia juga harus menahan amarah, bertengkar dan perbuatan-perbuatan kurang baik lainnya.
Ibadah haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekkah, orang berkunjung ke Baitullah. Bacaan-bacaan dalam haji juga merupakan dialog antara manusia dengan Tuhan. Usaha pensucian roh disini disertai oleh latihan jasmani dalam bentuk pakaian, makanan, dan tempat tinggal sederhana. Selama mengerjakan haji perbuatan-perbuatan tidak baik harus dijauhi. Didalam haji terdapat pula latihan rasa bersaudara antar semua manusia, tiada beda antara kaya dan miskin, raja dan rakyat biasa, antara besar dan kecil, semua sederajat.
Zakat , sungguhpun mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta untuk menolong fakir miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian roh. Disini roh dilatih menjahua kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan, dan suka menolong anggota masyarakat yang berada dalam kekurangan.

Ibadat dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif. Pengertian serupa ini adalah pengertian yang tidak tepat.betul ayat 56 dari surat AI-Zariat mengatakan:
      
dan ini diartikan bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepada Tuhan, yaitu mengerjakan shalat, puasa, haji, dan zakat. Soal ibadah memang sangat penting artinya dalam ajaran Islam, tetapi mestikah kata///////////// disini berarti beribadat, mengabdi atau menyembah ? Sebenarnya Tuhan tidak berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Tuhan adalah Maha Sempurna dan tidak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata/////////////////// disini lebih tepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat, mengabdi, memuja apalagi menyembah. lebih tepat kelihatannya kalau kata itu diberi arti tunduk dan patuh dan kata////////// memang mengandug arti tunduk dan patuh sehingga arti ayat itu menjadi: Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepadaku.


Selanjutnya arti sembah dan sembahyang yang diberikan kepada ”//////////dan//////juga membawa kepada faham yang tidak tepat. Kata sembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai falsafat lain dari falsafat Islam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam faham masyarakat animisme dan politeisme.
Kata sembahyang yang mengandung arti demikian, ketika dibawa ke dalam konteks Islam, sebagai terjemahan dari kata /////////dan/////////// menimbulkan perubahan dalam konsep Tuhan yang ada dalam Islam. Dalam Islam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zat yang dikasihi. Ini dari ucapan////////////////////////yang tiap hari berkali-kali dibaca umat Islam. Rahman dan Rahim berarti pengasih lagi penyayang, jadi bukan tuhan yang ditakuti, tetapi Tuhan yang dikasihi manusia.
Tetapi kata sembahyang yang masuk dalam konteks Islam itu menghilangkan sifat Pengasih dan Penyayang itu dari kesadaran kita umat Islam. Inilah pula kelihatan salah satu sebabnya maka///////////////”dalam Al-Qur’an Indonesia menjadi ”takutilah Tuhan” sedang arti sebenarnya ialah ”pelihara dan jagalah dirimu dari hukum Tuhan di akhirat dan patuhlah kapada perintah dan larangannya”.
Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral: Ayat 45 dari Surat Al-Ankabut
      
Shalat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik.

Hadits Nabi lebih lanjut menjelaskan//////////////////////////////////////////////////////////////////////////
Yang mengandung arti bahwa shalat yang tidak mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik bukanlah sebena shalat.

Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral . Ayat 183 dari surat Al-Baqarah mengatakan:
              
”Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagai halnya dengan umat sebelum kamu. semoga kamu menjadi manusia bertaqwa.”

Bertakwa artinya menjahui perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Hadis-hadis Nabi juga mengkaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan tidak baik.Salah satu hadis mengatakan///////////////////////////////////////////////////////////////////////


Mengenai haji, ayat 197 dari Surat Al-Baqarah:
  •              
Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak mengeluarkan ucapan-ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak bolah bertengkar.

Tentang zakat ayat 103 dari Surat Al-Taubah:
         
Menjelaskan bahwa zakat diambil dari harta untuk mebersihkan dan mensucikan pemiliknya.

Demikianlah Al-Qur’an dan hadits menjelaskan bahwa ibadat sebenarnya merupakan latihan spirituil dan moral dalam Islam membina manusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup, lagi berbudi pekerti luhur.
Di samping latihan spirituil dan moral ini, Al-Qur’an dan juga membawa ajaran-ajaran atau norma-norma moral yang dilaksanakan dan dipegang setiap orang Islam.
Ayat 58 dari Surat Al-Nisa’ :
 •           ••   
mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikap ikhlas terhadap hak itu. Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yang dipercayakan kepada seseorang) diteruskan kepada yang berhak. Juga ayat ini mengajarkan supaya manusia berlaku adil.



Ayat 90 dari Surat Al-Nahl :
 •            
Disamping mengandung perintah supaya manusia bersikap adil, baik kepada orang dan menolong keluarga juga mengandung larangan berbuat tidak baik dan jahat.

Jelas bahwa dalam Islam, soal baik dan buruk, di samping soal ketuhanan menjadi dasar agama yang penting. Ini demikian, karena yang ingin dibina Islam ialah manusia baik yang menjauhi perbuatan-perbuatan buruk atau jahat di dunia ini. Manusia serupa inilah sebenarnya yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin (orang yang bertakwa). Mu'min ialah orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber nilai-nilai yang bersifat absolut, muslim orang yang menyerahkan diri dan tunduk kepada Tuhan dan muttaqin atau orang bertaqwa adalah orang yang memelihara diri dari hukuman Tuhan di akhirat, yaitu orang yang patuh pada Tuhan, dalam arti patuh menjalankan perintah-perintahNya dan patuh menjauhi larangan-laranganNya. Perintah Tuhan hubungannya ialah dengan perbuatan-perbuatan baik sedang larangan Tuhan hubungannya ialah dengan perbuatan-perbuatan buruk dan jahat. Dengan tegasnya yang dimaksud dengan orang yang bertakwa ialah orang baik yang mengerjakan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kejahatankejahatan.

Kata muttaqin dalam Al-Qur’an memang dihubungkan dengan nilat-nilai seperti suka menolong, sungguhpun si penolong sendiri berada dalam kekurangan, dapat menahan amarah, suka memberi maaf kepada orang lain, menepati janji, sabar, tidak tinggi hati, suka kepada kebaikan dan benci pada kejahatan, berbuat baik kepada orang lain, jujur, suka pada kebenaran dan sebagainya. Kata muttaqin dalam A1-Qur’an selanjutnya dikontraskan dengan orang yang berbuat onar dan kacau dalam masyarakat, orang yan berbuat buruk, orang yang berdusta, orang yang bersikap zalim, penjahat, amoral dan sebagainya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin sebenarnya adalah orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidak mengherankan kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur memang merupakan ajaran yang penting sekali dalal Islam. Dan soal itu demikian pentingnya sehingga, bukan hanya ibadat shalat, puasa, zakat serta haji saja, tetapi juga hukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka, kesemuanya sebagai dilihat di atas, erat hubungannya dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia. Tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran Islam memanglah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selanjutnya untuk mendorong manusia kepada perbuatan perbuatan baik. Dari manusia-manusia baik dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat baik dapat diwujudkan.

MENGHITUNG WAKTU SHOLAT



Sehari = 24 jam
1 tahun = 12 bulan = 52 minggu = 365 hari = 8760 jam = 525 600 menit = 31 536 000 detik

Rata-rata umur manusia

Rosullullah saw. Bersabda :
“ Umur umatku berkisar antara 60-70 tahun. Sangat sedikit diantara mereka yang umurnya melampaui kisaran itu”.( HR Attirmidzi 3550, Ibnu Khibban 7/246).

Baligh :

Pemulaan untuk seseorang diperhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia :
Laki-laki baligh : 15 tahun.
Wanita baligh : 12 tahun
Usia yang ada untuk beribadah kepada Allah :

Mati-Baligh = Sisa usia: 65-15 = 50 tahun
50 tahun = 18.250 hari = 458 000 jam
Bila dihitung dalam waktu sholat maka :
1 x sholat = 5 menit
5 x sholat = 25 menit
Dala waktu 50 tahun yang terpakai untuk sholat = 456250 menit = 7604.17 jam = 316.84 hari
= 316.84 : 18.250 x 100 % = 1.74 %

Tidak ada komentar: